Statistik juga menunjukkan, bayi yang menerima ASI Eksklusif memiliki
resiko alergi susu sapi lebih rendah dibandingkan yang mengonsumsi susu
formula. Alergi susu sapi ini diyakini para ahli berkaitan dengan
keturunan dan biasanya menghilang setelah bayi berusia 3-5 tahun.
Gejala alergi susu bisa langsung timbul setelah meminum susu sapi atau
hingga 7-10 hari sesudahnya. Gejalanya di antaranya: feses cair
(kemungkinan mengandung darah), muntah, gelisah, ruam atau bercak merah
pada kulit. Sedangkan ada reaksi kronis (jangka panjang) di antaranya :
asma, dermatitis (eksim kulit), dan gangguan saluran cerna.
Berikut tiga pola klinis respon alergi protein susu yang perlu Anda kenali:
-
Reaksi cepat atau gejala alergi yang dapat terlihat dalam 45 menit setelah anak mengonsumsi susu sapi. Anda perlu mewaspadai jika mulai muncul bintik merah seperti campak atau gatal pada kulit bayi. Gejala lainnya bisa berupa gangguan sistem saluran napas atau berbunyi ¨ngik¨ saat bernapas, hidung gatal, bersin, dan mata merah.
-
Reaksi sedang terjadi antara 45 menit hingga 20 jam setelah bayi mengonsumsi susu sapi. Gejalanya sering berupa muntah dan diare.
-
Reaksi lambat di mana gejala mulai terlihat setelah lebih dari 20 jam dari saat bayi mengonsumsi susu sapi. Gejalanya berupa diare, konstipasi, dan dermatitis (gangguan kulit).
Jika Anda mencurigai adanya alergi susu sapi pada bayi,
sebaiknya segera periksakan ke dokter. Anda juga harus membatasi
konsumsi seluruh produk yang terbuat dari susu sapi karena bisa
tersalurkan melalui ASI. Jika bayi mengonsumsi susu formula, kemungkinan
dokter akan meminta Anda beralih pada susu formula terbuat dari
kedelai.
sumber :melindahospital.com
0 comments:
Post a Comment